Syahid (kata tunggal Bahasa Arab: شَهيد, sedangkan kata jamaknya adalah Syuhada, Bahasa Arab: شُهَداء) merupakan salah satu terminologi dalam Islam yang artinya adalah seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah SWT membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama (dien) Allah SWT.
Mati Syahid Dijalan Allah SWT
Begitu pentingnya mati dijalan Allah SWT (syahid) bagi seorang muslim, maka usaha untuk mati syahid akan diberi pahala oleh Allah SWT walaupun usahanya belum sampai. Sebagai contoh perintah hijrah dari Mekah ke Madinah, bagi yang menjalankan perintah hijrah kemudian berjuang untuk melaksanakannya lalu kematian menimpanya dalam perjalanan sebelum sampai ke Madinah maka Allah SWT telah menetapkan pahalanya, sebagaimana firman-Nya :
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisa, 4:100).
Orang Beriman Mengharap Mati Syahid
Mati syahid dijalan Allah SWT adalah suatu cita-cita yang sangat mulia bagi seorang muslim, mati dijalan Allah SWT sangat diharapkan bagi orang-orang yang beriman. Orang yang beriman yang mengharapkan mati syahid akan diuji oleh Allah SWT, mereka mentaati Allah SWT dan rosul-Nya dan mereka berperang dijalan Allah SWT lalu mereka membunuh atau terbunuh, sebagaimana firman-Nya :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang -orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya, (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya. (QS. Ali Imron, 3:142-143).
Ulama-ulama tafsir menerangkan bahwa setelah nabi Muhammad SAW, mengetahui persiapan orang-orang Quraisy berupa pasukan besar untuk menyerang kaum muslimin sebagai balasan atas kekalahan mereka di perang Badar, maka nabi Muhammad SAW. bermusyawarah dengan para sahabatnya. apakah mereka akan bertahan saja di kota Madinah ataukah akan keluar untuk bertempur di luar kota.
Meskipun nabi Muhammad SAW sendiri lebih condong untuk bertahan di kota Madinah, namun beliau mengikuti pendapat terbanyak yang menghendaki agar menyerang musuh di luar kota. Dengan demikian Rasulullah SAW keluar kota ke bukit Uhud dengan pasukan sebanyak 1.000 orang untuk melawan orang Quraisy yang berjumlah 3.000 orang. Pasukan kaum muslimin yang jauh lebih sedikit ini hampir memperoleh kemenangan akan tetapi akhirnya, suasana berbalik menjadi kekalahan disebabkan kurang sabar mematuhi perintah Rasulullah SAW sebagai komandan dalam peperangan itu.
Banyak korban berguguran di sana-sini dan ada pula yang lari ketakutan. Nabi sendiri terdesak dan terancam, bahkan tersiar berita bahwa Nabi saw telah terbunuh. Yang terbunuh sebagai syuhada ialah para sahabatnya seperti Abu Dujanah, Talhah bin Ubaidillah, Ummu `Amarah dan lain-Iainnya yang telah menyediakan diri dan nyawa mereka sebagai perisai Rasulullah. Terbunuh juga dalam perang Uhud, Sayidina Hamzah, paman rasul yang dicintainya. Pada ayat 142, Allah SWT mengatakan “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi orang-orang yang berjihad diantara kamu. dan belum nyata orang-orang yang sabar”.
Ini adalah satu celaan dan koreksi dari Allah SWT terhadap sebagian kaum muslimin yang turut pada perang Uhud itu, yaitu kepada orang-orang tadinya ingin berperang dengan semangat berapi-api dan mendorong Rasulullah SAW, supaya keluar kota untuk memerangi orang-orang Quraisy dan jangan hanya bertahan di kota Madinah saja. Mereka dengan tegas menyatakan sanggup berbuat segala sesuatu untuk menghadapi musuh meskipun mereka akan mati seperti pahlawan-pahlawan Badar. Akan tetapi nyatanya setelah mereka berada dalam suasana yang sulit dan keadaan gawat, bukan saja mereka kehilangan semangat dan tidak dapat melaksanakan apa yang tadinya mereka nyatakan kepada Rasulullah SAW, bahkan kebanyakan dari mereka sudah kehilangan pegangan, terkecuali sebagian yang memang semangat tempur dan juangnya bernyala-nyala terus, karena keteguhan keyakinan dan keimanan yang tidak dapat digoyahkan oleh keadaan dan suasana apapun juga. mereka inilah pembela-pembela Rasulullah SAW, pembela Islam dan kebenaran.
Pada ayat selanjutnya Allah SWT menyatakan, bahwa kaum muslimin sebelum terjadi perang Uhud, mereka berjanji akan mati syahid mengikuti jejak para syuhada Badar. Tetapi mereka tidak menepati janji itu ketika melihat dahsyatnya pertempuran. Sebagai puncak dari kesukaran yang dihadapi oleh kaum muslimin pada perang Uhud, ialah tersiarnya berita Rasulullah telah terbunuh. Di kala itu orang-orang yang lemah imannya ingin memperoleh jasa-jasa baik dari Abdullah bin Ubay, kepala kaum munafik di Madinah. agar dia berusaha mendapat perlindungan dari Abi Sufyan, bahkan ada pula yang berteriak seraya berkata: “Kalau Muhammad sudah mati, marilah kita kembali saja kepada agama kita semula”. Dalam keadaan kalut sahabat Nabi (Anas bin An Nadar) berbicara: “Andaikata Muhammad telah terbunuh, maka Tuhan Muhammad tidak akan terbunuh. Untuk apa kamu hidup sesudah terbunuhnya Rasulullah? Marilah kita terus berperang meskipun beliau telah mati”. kemudian Anas bin An Nadar berdoa meminta ampun kepada Tuhan karena perkataan orang-orang yang lemah iman itu, lalu mengambil pedangnya dan terus bertempur sehingga ia mati syahid.
Nikmat Mati Syahid
Nikmat mati syahid adalah nikmat yang amat tinggi karena nanti diakhirat akan ditempatkan bersama-sama dengan para nabi, para shiddqiin dan orang-orang yang shaleh. Allah SWT pun tidak akan menyia-nyiakan amalannya, sebagaimana firman-Nya :
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. QS. An Nisa, 4:69).
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (QS. Muhammad, 47:4).
Komentar Terakhir