Orang beriman itu jika mendapat nikmat, maka ia bersyukur, jika mendapat musibah, maka ia bersabar.
Senang atau susah tidak masalah baginya, kaya atau miskin tidak menjadi masalah baginya.
Karena pada kedua kutub itu terhampar kesempatan untuk berburu ridho Alloh.
Bagi orang beriman, tidak ada yang lebih penting daripada ridho Alloh, karenanya, orang yang paling berbahagia adalah orang yang beriman karena dia bisa bertahan hidup dalam segala kondisi.
Ketika dirinya gelisah, disentuh hatinya dengan lantunan ayat-ayat cinta dalam kitab-Nya, hatinya kembali tenang.
Ketika dirinya lemah dan tidak berdaya, dia maknai kebersamaan bersama saudaranya agar saling menguatkan.
Ketika dirinya lelah dan mulai putus asa, ketika itu hadir ”keyakinan”, bahwa tiada usaha halal yang sia-sia.
Ketika peluh dan kerja tidak dihargai, maka saat itu sedang belajar tentang “ketulusan”.
Ketika usaha kerasnya dinilai sia-sia oleh orang lain, maka saat itu dirinya sedang memaknai “keikhlasan”.
Ketika hatinya terluka karena tuduhan atas hal yang tidak pernah dilakukannya, maka saat itu dirinya sedang belajar tentang “memaafkan”. Ketika lelah mendera dan kecewa menerpanya, maka saat itu dirinya sedang belajar memaknai tentang arti “kesungguhan”.
Ketika sepi menyergap dirinya dalam keramaian, maka saat itu dirinya sedang memberi makna tentang “ketangguhan”.
Ketika dirinya harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu ditanggungnya, maka saat itu dirinya sedang belajar tentang “kemurahan hati”.
Bersama dalam kesulitan ada kemudahan, Alloh Maha Meliihat dan Maha Mendengar rintihan hati hamba-Nya, “Berdoalah”, tetap semangat, kompak dan fokus pada tugasnya.. Subhanalloh….
Komentar Terakhir