«

»

Mengenal Alam Akhirat

BagikanPin on PinterestShare on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedInShare on Tumblr

k16Akhirat adalah suatu negeri akhir yang akan dituju oleh manusia, bersifat kekal abadi. Negeri Akhirat merupakan Negeri Pembalasan setiap perbuatan yang telah dilakukan manusia sewaktu di Dunia. Bagi mereka yang telah melakukan kebaikan maka akan dibalas kenikmatan yang abadi dan bagi yang melakukan kejahatan maka akan dibalas dengan kesengsaraan yang abadi pula. Manusia menuju Negeri Akhirat diawali dengan kematian (kiamat sugra) atau kematian seluruh makhluk hidup (kiamat qubra).

IMAN KEPADA NEGERI AKHIRAT

Negeri akhirat adalah suatu negeri yang akan datang dan bersifat ghaib, hanya orang yang beriman saja yang dapat mempercayainya.

Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa yang ragu-ragu tentang itu dan Robb-mu Maha Memelihara segala sesuatu. (QS. Saba, 34:21).

Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. Al Baqoroh, 2:4).

PENGARUH IMAN KEPADA HARI AKHIR BAGI AKHLAK MANUSIA

Keyakinan akan Hari Kiamat termasuk salah satu dari tiga prinsip utama Islam. Hari Kiamat di samping keyakinan terhadap Keesaan Allah SWT (Tauhid) dan kenabian (nubuwah) tercatat sebagai pilar utama agama (dien) samawi. Maad (Kiamat/Kebangkitan) bermakna kembali. Seluruh agama Ilahi mengajarkan bahwa sumber wujud adalah Allah SWT dan seluruh makhluk pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Maad juga berarti kembalinya seluruh makhluk ke asalnya (Allah SWT).

Proses kembalinya makhluk kepada Robb-nya dijelaskan Allah SWT melalui QS. Rum, 30:11 yang artinya, “Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali; kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” Uniknya lagi Allah SWT menempatkan keinginan makhluk untuk kembali kepada penciptanya ini di setiap fitrah mereka. Seluruh makhluk bergerak menuju kesempurnaan sejati berdasarkan kerinduan dan fitrah mereka.

Keyakinan akan Hari Kiamat memiliki pengaruh besar bagi perilaku manusia. Mereka yang meyakini akan adanya hari kiamat dan kehidupan setelah mati, akan senantiasa berhati-hati dalam bertindak karena ia dengan baik mengetahui bahwa setiap perilakunya di dunia pasti dimintai pertanggung jawaban di Akhirat kelak. Sejatinya seluruh perbuatan manusia terjaga dan nanti di akhirat amal tersebut akan menemani tuannya.

Pastinya mereka yang meyakini akan adanya Hari Kiamat senantiasa berusaha memperbaiki perbuatannya. Serta akan berhati-hati dalam setiap perbuatan. Imam Ali bin Abi Talib as dapat dijadikan teladan dalam hal ini. Ketika saudara beliau, Aqil bin Abi Talib dalam keadaan sangat miskin mendatangi Imam Ali dan meminta bagian lebih dari harta Baitul Mal (Kas Negara). Imam Ali ketika mendengar permintaan Aqil, langsung membakar besi hingga membara dan didekatkan ke mata saudaranya. Ketika Aqil berteriak karena kepanasan, Imam Ali berkata kepadanya, “Bagaimana kamu berteriak ketika besi panas ini belum menyentuh tanganmu, namun kamu telah menyeretku ke arah api neraka Jahanam yang dipersiapkan Allah SWT bagi mereka yang memakan harta orang lain?”

Iman dan keyakinan terhadap Allah SWT yang dimiliki manusia merupakan kekuatan yang menjaganya dari ketergelinciran dalam perbuatan maksiat dan kejahatan. Terkait hal ini Syahid Murtadha Mutahhari mengatakan,“Semakin besar keimanan seseorang maka ia semakin mengingat Allah SWT dan semakin manusia mengingat Allah SWT, semakin kecil pula ia melakukan maksiat. Perintah ibadah diturunkan untuk membuat manusia senantiasa mengingat Allah SWT sehingga mereka semakin berpegang teguh pada akhlak mulia serta hukum Allah SWT.”

Iman kepada Allah SWT dan Hari Kiamat termasuk metode ideologi yang digunakan Islam serta menyebutnya sebagai faktor penting dalam mencegah kejahatan dan perbuatan dosa. Yang dimaksud beriman kepada Allah SWT adalah beriman kepada Allah SWT pemilik manusia dan alam semesta serta satu-satunya sesembahan yang layak, Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Manusia dengan keimanannya senantiasa bersama Allah SWT. Dunia dalam pandangan mereka yang beriman merupakan bukannya sekumpulan anasir yang mati dan tidak memiliki tujuan, namun merupakan sekumpulan sistem yang terencana dan memiliki tujuan.

Mereka yang meyakini Allah SWT tidak akan terbelenggu pada kehidupan yang sia-sia. Iman kepada Allah SWT menumbuhkan pandangan positif dalam diri manusia dan pandangan positif ini mendorong mereka untuk melakukan perbuatan baik serta menjauhi perbuatan buruk. Iman kepada Allah SWT ibarat pohon bagi tumbuhnya ruh para ahli tauhid. Ketika manusia menanamkan benih penghambaan dalam dirinya maka ia akan menanti buah indah dari usahanya tersebut. Buah dari penghambaan kepada Allah SWT adalah kejujuran, keadilan, keikhlasan, pengorbanan dan sifat memaafkan. Ini merupakan ciri-ciri dari kesehatan mental dan keseimbangan perilaku.

Keistimewaan seperti ini tentu akan mencegah manusia dari perbuatan buruk dan jahat. Iman kepada Allah SWT dan mengingat-Nya merupakan kebutuhan fitrah manusia serta tumbuh dari rasa manusia untuk mencari Allah SWT. Ketika manusia lalai dari kebutuhan dasar (fitri) tersebut dan lupa mengingat Allah SWT maka ia akan menderita ketidakseimbangan dalam dirinya. Kondisi ini menjadi peluang bagi manusia untuk melakukan tindak kriminal dan kejahatan. Oleh karena itu, salah satu dampak paling nyata dari keimanan kepada Allah SWT adalah keselamatan jiwa dan keseimbangan dalam berperilaku yang mencegah manusia melakukan perbuatan dosa.

Iman kepada Hari Akhir dan pembalasan merupakan bagian dari ideologi agama (dien) yang mampu membantu manusia untuk menghindari perbuatan dosa. Arti dari iman kepada Ma’ad (Hari Akhir) adalah keyakinan bahwa setelah mati, manusia dengan izin Allah SWT akan dibangkitkan kembali dan menghadapi pengadilan Ilahi. Kitab catatan perbuatan manusia dibentangkan dihadapan mereka. Manusia saat itu akan menyaksikan seluruh perbuatan baik dan buruknya, yang besar maupun kecil sepanjang hidupnya.

Allamah Tabatabai, filosof dan ahli tafsir Iran terkait hal ini mengatakan,“Manusia yang meyakini Hari Akhir senantiasa menyadari bahwa setiap perbuatannya di bawah pengawasan Allah Yang Maha Mengetahui. Ia mengetahui bahwa suatu hari akan datang saat di mana seluruh amal perbuatannya diperhitungkan dengan adil. Keyakinan akan proses pengadilan yang adil ini tidak akan mampu dilakukan oleh ratusan ribu polisi maupun agen rahasia, kerena mereka ini melakukan pekerjaan dari luar, namun pengawasan Allah SWT adalah kontrol internal di mana tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari pengawasannya.”

Ketika seseorang meyakini akan hari akhir dan memandang dirinya harus bertanggung jawab nanti dihadapan Allah SWT, ia senantiasa akan menjaga setiap amal perbuatannya. Dalam kondisi seperti ini ia tidak membutuhkan polisi untuk mengawasi setiap tindakannya. Perbuatan terang-terangan atau rahasia baginya sama saja dan ia selalu menjaga hak masyarakat demi kerelaan Allah SWT serta tidak melampaui hak dalam bertindak.

Di Islam setiap perbuatan ibadah merupakan kinerja yang mampu mencegah manusia untuk melakukan perbuatan maksiat. Kewajiban seperti shalat, haji, khumus, puasa, zakat dan amar makruf dan nahi munkar mampu menjauhkan manusia dari perbuatan buruk. Allah SWT berfirman :

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Ankabut, 29:45).

Peran lain Hari Akhir bagi akhlak dan keyakinan seseorang sangat jelas, karena manusia yang yakin akan adanya Hari Kiamat memandang dunia sesuai dengan realitanya dan menyakini dirinya tidak kekal di dunia. Dunia hanya tempat berteduh sementara, karena perjalanan sebenarnya manusia adalah menuju akhirat. Di sana kehidupan abadi manusia yang sejati. Berbeda dengan klaim kaum materialis yang menilai keyakinan terhadap Hari Kiamat telah membelenggu manusia, padahal iman kepada Hari Akhir menciptakan semangat tersendiri bagi manusia dan memiliki dampak positif yang besar.

Manusia yang beriman kepada Hari Akhir memiliki kemampuan untuk mengontrol berbagai kecenderungan negatif seperti egoisme, cinta harta, kekuasaan, hawa nafsu dan rasa marah. Sosok seperti ini melewati masa-masa sensitif kehidupannya dengan mengingat Hari Kiamat. Kepercayaan seperti ini akan memberinya keberanian dan rela berkorban, sehingga terciptalah pribadi yang meyakini syahadah sebagai puncak kemuliaan serta tujuan suci kehidupan.

Iman kepada Hari Kiamat dapat memberangus rasa putus asa dan pesimisme seseorang serta menjadikannya manusia yang penuh dengan optimisme dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana ini. Seorang mukmin memiliki keyakinan kuat bahwa kehidupannya tidak terbatas di dunia saja, namun setelah kematian masih ada kehidupan lain yang abadi. Di sanalah seluruh keinginan manusia yang ketika di dunia tidak terpenuhi akan ia dapatkan.

Menurut Al Qur’an, kehidupan abadi dan penuh kebahagiaan hanya kehidupan ukhrawi. Allah SWT berfirman :

Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. Al Mu’min, 40:39).

Kesenangan dan kebahagiaan sejati hanya ada di surga. Di sana manusia tidak akan merasa kekurangan dan putus asa, karena di surga apa yang diharapkan manusia semuanya tersedia.(IRIB Indonesia)

TIDAK BERIMAN KEPADA NEGERI AKHIRAT

Bagi orang yang tidak beriman kepada Negeri Akhirat, mereka adalah orang yang menyimpang dari jalan yang lurus, orang yang dalam kesesatan dan akan mendapatkan siksaan dari Allah SWT.

1. Menyimpang Dari Jalan Yang Lurus

Bagi orang yang tidak beriman kepada Negeri Akhirat , mereka adalah orang-orang yang telah menyimpang dari jalan yang lurus, sebagaimana firman-Nya :

Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (QS. Al Mu’minuum, 23:74)

2. Berada Dalam Kesesatan

Bagi orang yang tidak beriman kepada Negeri Akhirat , mereka adalah orang-orang yang berada dalam kesesatan, sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (QS. Al Naml, 27:4)

3. Mendapatkan Siksaan

Bagi orang yang tidak beriman kepada Negeri Akhirat , mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan siksaan, sebagaimana firman-Nya :

Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ataukah ada padanya penyakit gila?” (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. (QS. Saba, 34:8)

Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (QS. Al Baqoroh, 2:86).

BagikanPin on PinterestShare on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedInShare on Tumblr

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda dapat menggunakan tag dan atribut HTML berikut: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>